Era
globalisasi telah menyeret umat Islam untuk bersaing dalam kancah percaturan dunia. Berhadapan dengan wajah barat, maka umat Islam dengan
segala keadaannya yang masih tertidur harus mengakui bahwa dunia Islam masih
berada jauh tertinggal di belakang dunia Barat. Hal
tersebut membawa dua dampak bagi masyarakat Islam, yaitu positif dan negatif. Pada
masa ini dunia Barat dipandang sebagai kiblat kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, kebudayaannya juga dipandang lebih relevan dan pantas untuk
diterapkan suatu bangsa. Sementara itu Islam yang diturunkan dari belahan Timur
dipandang sudah ketinggalan zaman dan tidak relevan lagi.
Pada dasarnya kemajuan dunia Barat karena
mereka mempelajari karya-karya yang dihasilkan oleh ilmuan Islam. Namun,
mengapa sekarang menjadi terbalik, Islam yang justru menjadi tertinggal. Dengan
bercermin kepada fenomena sejarah yang mencatat betapa gemilangnya
masa kejayaan Islam di masa silam. Maka, pada abad inilah saatnya umat Islam
harus memperbarui paradigma pemikirannya, untuk mewujudkan kembali kejayaan
Islam. Maka perlu adanya rekonstruksi di seluruh aspek kehidupan. Dari sinilah mari kita muncul beberapa gagasan yang dapat membangkitkan
Islam kembali di masa depan.
Maka, dalam makalah ini akan sedikit memaparkan tentang “masa depan kebudayaan
dan kebangkitan Islam dalam perspektif
fenomenologis”.
A. Definisi Pendekatan Fenomenologis
Pendekatan Fenomenologis
ini dilahirkan oleh sekelompok orang yang memiliki perhatian terhadap studi
agama di Eropa pada perempat terakhir abad ke-19. Pada dasarnya ia berusaha
untuk mendekati agama secara ilmiah, sebagai fenomena sejarah yang paling
penting dan universal. Dalam kontek Amerika Utara, kerja Fenomenologis ini
biasa dikenal dalam rubric perbandingan agama atau sejarah agama-agama.
Makna
dari kata “fenomonologis” ialah suatu metode berfikir ilmiah yang berlatar
belakang filsafat. Metode ini dirintis oleh Edmund (1859-1938) dengan semboyan:
“Zuriick zu den sachen selbst” (kembali kepada hal-hal itu sendiri). Metode
ini bertumpu kepada intuisi dan menyingkirkan segala yang subjektif, semua yang
teoritis, dan segala yang diwariskan atau diajarkan, serta membatasi diri pada
gejala-gejala, dan dalam fenomena itu kepada hakikat, esensi dimana
disingkirkan segala yang kebetulan.
Metode
ini kemudian dikembangkan oleh Edmund Husserl (1859-1935) dari Jerman, Marleau
Ponty (1908-1961) dari Prancis, Max Scheler, Rudolf Otto, Jean Hering, Joachim
Wach keturunan Jerman dan Marcea Eliade sarjana berkebangsaan Rumania yang
pindah ke Amerika Serikat setalah perang dunia ke II. Eliade inilah pelanjut
tugas-tugas Joachim Wach walaupun tidak persis sama. Pengaruhnya cukup besar,
terutama hasil penelitiannya tentang Yoga Hindu dan Shamanisme. Dia adalah
peneliti dan pendiri jurnal History of Religions yang mengembangkan
ajaran-ajaran mazhab Chicago yang dirintis oleh Wach.[1]
Phenomenological research,
in which the researcher identifies the “essence” of human experiences
concerning a phenomenon, as described by participants in a study. Understanding
the “lived experiences” marks phenomenology as a philosophy as well as a
method, and the procedure involves studying a small number of subjects through
extensive and prolonged engagement to develop patterns and relationships or
meaning.[2]
Dapat difahami bahwa pendekatan fenomenologi merupakan strategi
penelitian di mana peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang
fenomena tertentu. Kemudian memahami pengalaman hidup manusia menjadikan
filsafat fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang prosedurnya
mengharuskan peneliti untuk mengkaji beberapa subjek dengan terlibat secara
langsung dan relatif lama di dalamnya untuk mengembangkan pola-pola dan
relasi-relasi yang bermakna.[3]
Pendekatan
fenomenologis berusaha memperoleh gambaran yang lebih utuh dan yang lebih
fundamental tentang fenomena keberagamaan manusia. Pendekatan fenomenologis
yang diilhami oleh cara pendekatan filosofis yang dikembangkan oleh Edmund
Husserl berupaya untuk memperoleh esensi keberagamaan manusia secara umum
(universal, transedental, inklusif). Pendekatan ini lebih bersifat value-laden
(terikat oleh nilai-nilai keagamaan yang dipercayai dan dimiliki oleh para
pengikut agama yang ada).[4] Fenomenologis
berarti mencari fenomena yang muncul dalam kesadaran manusia.[5]
Husserl
melanjutkan pikiran Kant. Ia memusatkan pikirannya atas pengalaman. Darimana
asalnya pengalaman itu. Pengalaman hanya dari apa yang dapat dilihat dan
diamati, dari pada apa yang ditunjukkan oleh benda-benda itu kepada panca
indera. Fenomena dari satu benda, perwujudannya, itulah cara benda itu
memperkenalkan diri kepada manusia. Dan itulah yang dapat diketahui manusia,
bukan satu pokok atau inti, tapi hanya sekedar gejala dan gejala inilah yang dapat
ditinjau oleh panca indera dan begitulah pokok pengalaman manusia.[6] Aspek
pendekatan fenomonologis sangat penting, pencapaian utamanya terletak pada
pandangan bahwa norma semua studi agama adalah pengalaman pengikutnya sendiri.
Kategori untuk memahami dan menyusun pengalaman agama adalah kategori yang
dibentuk umat beragama untuk diri mereka sendiri melalui karya tradisi
historinya dan pengalaman pribadinya sendiri.[7]
B. Kaidah atau cara kerja Pendekatan Fenomenologis
Adapun cara kerja dengan pendekatan fenomenologis,
antara lain:
1. Mengklasifikasikan fenomena
keagamaan pada kategori masing-masing. Hal ini dilakukan untuk memahami nilai dari
masing-masing fenomena.
2.
Melakukan interpolasi dalam kehidupan pribadi peneliti, dalam arti seorang
peneliti dituntut untuk ikut membaur dan berpartisipasi dalam sebuah
keberagamaan yang diteliti untuk memperoleh pengalaman dan pemahaman dalam
dirinya sendiri.
3.
Melakukan “epochè” atau menunda penilaian (meminjam istilah Husserl)
dengan cara pandang yang netral.
4.
Mencari hubungan struktural dari informasi yang dikumpulkan untuk
memperoleh pemahaman yang holistik tentang berbagai aspek terdalam suatu agama.
5.
Tahapan-tahapan tersebut menurut Van der Leeuw secara alami akan
menghasilkan pemahaman yang asli berdasarkan “realitas” atau manifestasi dari
sebuah wahyu.
6.
Fenomenologis tidak berdiri sendiri (operate in isolation) akan
tetapi berhubungan dengan pendekatan-pendekatan yang lain untuk tetap menjaga
objektivitas.[8]
Tiga tugas yang
harus dilakukan oleh fenomenologis agama, yaitu: harus mencari hakikat dari
Yang Maha suci, ia harus memberikan teori evolusi, dan yang terakhir ia harus
mempelajari tingkah laku agamis.[9]
C. Fenomena sejarah tonggak kebangkitan kembali umat Islam
(abad 15H) dengan merefleksi masa lampau
Mengutip pernyataan Ir. Soekarno “jangan lupakan sejarah”, maka untuk
membangun Islam dimasa depan, umat Islam wajib merefleksi serta merenungkan
catatan yang diukir umat Islam sejak masa perintisan, kejayaan, kemunduran dan
stagnansi yang saat ini masih dialami oleh umat Islam.
Bagi
sejarah ada masa rintisan, ada masa pertumbuhan dan perkembangan, ada masa
kejayaan, ada masa kemunduran bahkan kehancuran. Terkait dengan perjalanan dan
pengalaman Islam, yang mengherankan mengapa kemunduran Islam ini sangat
berlangsung lama. Menurut penilaian Bazmee Anshori yang menegaskan bahwa
orang-orang Islam selama berabad-abad dahulu telah menutup pintu ijtihad,
sehingga mengakibatkan stagnisasi dan tidak memiliki dinamisme.
Pada masa
pertengahan telah berkembang taqlid buta dikalangan
umat Islam.[10] Umat
Islam tidak lagi menggunakan pemikiranya untuk melakukan ijtihad sebagaimana
pemikir-pemikir sebelumnya untuk menggali sumber yang asli kepada Al Qur’an dan
Hadits nabi, praktek bermahdzab dan bid’ah telah subur.[11]
Itulah gambaran pemikiran umat Islam masa lalu yang telah berkembang hingga sekarang. Dari gambaran
tersebut kita dapat mencoba mengganti pemikiran tersebut dengan terbukanya
pintu Ijtihad.
Sikap pasif dan apatis
ini berlangsung beratus-ratus tahun mendera umat Islam mengakibatkan kelumpuhan
kreativitas yang disertai sikap pasrah kepada Allah SWT (jabariyah). Keadaan
ini makin parah saat mereka diperlakukan sebagai warga jajahan bagi
bangsa-bangsa Barat. Sebagai warga jajahan, mental mereka diperbudak secara
paksa, sementara mereka tidak memiliki SDM yang kuat untuk memberikan
perlawanan yang seimbang.[12] Dengan merefleksi beberapa sebab yang menjadikan Islam
tertinggal, maka Islam perlu menjadikan kejayaan-kejayan di masa silam sebagai
tonggak kebangkitan untuk membangun Islam di masa depan dalam berbagai aspek
kehidupan.
Seperti politik
yang di jalankan oleh Nabi SAW yaitu politik nilai, Politik di sini tidak
sekadar berkaitan dengan hasrat kuasa, tetapi juga dalam makna yang lebih luas
meliputi dengan institusi budaya, sosial, agama, bahkan pengetahuan.[13]
Sedangkan dibidang militer, kekuatan militer yang disusun Umayah untuk
melakukan ekspansi-ekspansi perluasan wilayah hingga ke Barat. Dibidang ilmu
pengetahuan dan budaya, Abbasiyah menorehkan sejarah menjadi kiblat ilmu
pengetahuan dan budaya.
D. Usaha Umat Islam untuk Membangun Peradaban Masa
Depan
Kemajuan suatu
peradaban dalam sejarah umat manusia tidak mungkin terwujud apabila peradaban
tersebut menutup diri dan tidak mau berinteraksi dengan peradaban yang lain.
Islam hadir sebagai sebuah peradaban yang unggul pada masa kejayaannya, juga
diyakini merupakan buah dari keterbukaan Islam untuk menerima berbagai
peradaban lain yang ada di luar Islam dan kemudian menyelaraskan diri dengan
ajaran Islam.[14] Kesadaran akan kelemahan dan ketertinggalan kaum muslimin dari bangsa Eropa
dalam berbagai bidang kehidupan ini, telah timbul mulai abad ke- 11 H/17 M.
Inilah yang membuka mata kaum muslimin akan kelemahan dan keterbelakangannya,
sehingga akhirnya timbul berbagai macam usaha pembaharuan dalam segala bidang
kehidupan, untuk mengejar ketinggalan dan keterbelakangan mereka, termasuk
usaha di bidang pendidikan.[15]
Kalau pada awal abad ke-19 M kita menyaksikan bahwa agama hampir saja
tercampur oleh kemajuan ilmu pengetahuan sehingga seolah agama harus
ditinggalkan dan tidak lagi relevan untuk dianut, maka dalam mengakhiri abad
ke-20 dan menyongsong abad ke-21 ini tampaknya agama mendapatkan tempat kembali
untuk ditoreh oleh para ilmuwan. Agama ternyata memang memiliki ruang dalam
ilmu pengetahuan. Sistem keimanan dijelaskan dan dihadirkan sebagai satu
kesatuan organik dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dibutuhkan oleh
agama sebagai sarana aktualisasi doktrin-doktrinnya, sedangkan agama dibutuhkan
oleh ilmu pengetahuan sebagai petunjuk agar tidak menyesatkan dan menakutkan
umat manusia yang membuatnya, melainkan agar menjadikan umat manusia bisa
memperoleh hidup secara lebih baik, tenang, damai, dan meyejukkan.[16]
Kekacauan yang
dialami dunia ini menyangkut kekacauan politik, militer, ekonomi, kultural,
psikologis, intelektual dan sosial. Semua kekacauan ini masih mengendap di
kerak dunia Islam dan sejauh ini belum ada tindakan yang berhasil
mencairkannya.[17] Usaha-usaha
dalam membangun peradaban masa depan diberbagai bidang, antara lain:
1. Bidang pendidikan
Dengan langkah menghilangkan
adanya politik pendidikan yang terhegemoni oleh barat, dengan cara:
a. Membangun kembali paradigma pendidikan
dengan kembali belajar pada para penemu muslim. Misalnya: mengenai teori
evolusi telah dirintis secara berurutan oleh penemu muslim mulai Al-Jahizh,
Ibnu Miskawaih, sampai Muhammad Jalaluddin Rumi.
b. Memberikan apresiasi Islam terhadap ilmu
pengetahuan. Islam menyamakan dirinya dengan ilmu pengetahuan dan menjadikannya
sebagai syarat Ibadah. Dalam Islam ilmu disebut sebagai kunci kesuksesan dunia
akhirat, akal sebagai alat pengetahuan mendapat perhatian dalam Islam untuk
dikembangkan dan difasilitasi. Islam menolak taqlid buta, kurafat serta
angan-angan.[18]
2. Bidang ekonomi
Pemimpin negara muslim harus mempersiapkan strategi untuk meningkatkan
perekonomiannya melalui upaya rekayasa. Mereka harus mencetak para pengusaha
baik skala domestik maupun internasional. Dunia Islam perlu memikirkan
pemerataan kekuatan perekonomian, melalui kerjasama antara pengusaha muslim.
Disamping itu perlu ada tindakan antisipatif dalam menghadapi dan menyiasati
kemungkinan-kemungkinan gelombang perekonomian di masa depan.[19]
3.
Bidang
politik
Para pemimpin bersama masyarakat di negara muslim, hendaknya bekerjasama
membangun pola perpolitikan yang sehat. Hal ini tercermin dalam bentuk ekspresi
mereka untuk saling memahami dan mentoleransi, mengedepankan kepentingan
negara, bertindak serta berfikir objektif dan rasional, dan ekspresinya dalam
bentuk lainnya. Pada bagian lain negara muslim perlu menghindari pikiran atau
tindakan yang mencerminkan nasionalisme sempit, sikap arogan, perasaan
superior, dan menjunjung tinggi konsep patriotisme serta konsep demokrasi yang
sehat dan dewasa.
Disamping itu umat Islam sebaiknya membangun kekuatan militer yang tangguh
untuk kepentingan pertahanan dan keamanan. Dengan pengertian lain motiv
membangun militer bukanlah bertujuan untuk ovensif melainkan devensif dari
serangan-serangan.
4.
Bidang Sosial dan Budaya
Kebudayaan sebagai sumber nilai tidak bisa terpisahkan
dari agama sebagai ajaran yang diyakini dapat mengatur kehidupan manusia.
Budaya merupakan bagian integral dari agama dan agama bisa menghasilkan budaya.
[20]
Perkembangan umat Islam sejak masa paling awal hingga
saat ini diwarnai oleh pertikaian-pertikaian dimulai dari pemilihan siapa
pengganti nabi telah menimbulkan benih pertikaian, hal ini masih berlangsung
hingga masa modern seperti Iraq melawan Iran, Iraq menyerang Kwait, dan Arab
Saudi mengundang Amerika Serikat untuk menyerang Iraq. Lantaran petikaian ini,
sampai sekarang Islam belum memiliki pemimpin Internasional yang ditaati
bersama.
Untuk mengatasi berbagai pertikaian tersebut, kita harus
membangun budaya dialogis, bukan sekedar suasana dialogis. Budaya dialogis
dimaksudkan supaya kecenderungan untuk menyelesaikan segala macam pertikaian,
perbedaan pandangan, seharusnya melalui kebiasaan berdialog. Jadi, orientasi
waktunya diharapkan bersifat Permanen sehingga bersifat Prefentif dan Kuratif
dalam menyelesaikan masalah. Budaya dialog digunakan untuk membangun kedamaian
semesta secara hakiki meliputi lintas agama, bahasa, dan negara.[21]
Untuk dapat
mewujudkan harapan-harapan besar terhadap agama Islam, maka menggunakan sebuah
corak keberagamaan yang inklusif, dialogis, dan intelektualistik. Dalam era
globalisasi, yang berkat teknologi dan transportasi membuat umat manusia hidup
dalam sebuah “desa buwana”, manusia akan semakin intim dan mendalam me-ngenal
satu sama lain, tetapi sekaligus juga lebih mudah terbawa kepada penghadapan
dan konfrontasi langsung. Maka dari itu sangat diperlukan sikap-sikap saling
pengertian, dengan kemungkinan mencari dan menemukan titik kesamaan.[22]
Keberagamaan
Islam yang dialogis dapat diwujudkan apabila umat Islam tidak telalu menekankan
pada truth claim. Terdapat beberapa macam bentuk dialog, yaitu:
a. Dialog internal antara sesama umat Islam
b. Dialog eksternal antara umat Islam dengan umat
beragama lain,
c. Dialog antara Islam dengan berbagai
perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya kontemporer
d. Dialog antara umat Islam dengan berbagai persoalan
aktual yang menyangkut umat Islam sendiri maupun umat manusia pada umumnya.
Dengan keberagamaan
semacam ini diharapkan umat Islam dapat menjawab tantangan zaman dan dapat
memberikan sumbangannya bagi peradaban masa depan umat manusia yang cenderung pluralistik
dan globalistik.[23]
E. Fenomena di Indonesia
Pemikiran Islam di
Indonesia mempunyai tradisi yang cukup beragam, yaitu ada tradisi yang
diinspirasikan oleh pemikiran dari Barat dan ada tradisi pemikiran Islam yang
berkembang di dalam tradisi luar Barat dalam bentuk pesantren atau tradisi yang
terkait dengan sejarah intelektual di Timur Tengah. Indonesia mencoba memperbaiki beberapa aspek
kehidupan sebagai sumbangsih adanya semangat kebangkitan Islam
1.
Bidang
Pendidikan
“Education is thus a fostering, a nurturing, a
cultivating, process. All of these words mean that it implies attention to the
conditions of growth”.[24]
Dapat diartikan bahwa pendidikan merupakan sebuah perkembangan, pemeliharaan,
penanaman, dan proses. Semua kata tersebut berarti bahwa pendidikan menerapkan
perhatian terhadap kondisi dari pertumbuhan. Oleh sebab itu pendidikan merupakan sebuah akar yang digunakan untuk
menopang kebangkitan.
Islamisasi pengetahuan sudah mulai digalakkan
diberbagai negara Islam seperti yang dilakukan di negara negara yang terletak
di Asia Tenggara. Umat Islam Indonesia terutama pada level pemikir Islam mulai
berbenah dan senantiasa mengingatkan perlunya mengejar kemajuan sekaligus
mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain yang lebih maju. Mereka terus
bergerak maju membangun konsep pemikiran strategis yang dapat dijadikan pedoman
bagi perubahan perilaku umat Islam. Hal ini direalisasikan melalui revivalisasi khasanah
keilmuan masa lalu, kurikulum
2013 hadir di Indonesia dengan wajah baru dengan adanya hidden curriculum
yang menyisipkan aspek spiritual dan sosial di segala mata pelajaran.
2.
Bidang Politik
Dalam kancah dunia perpolitikan Indonesia yang
bercorak demokrasi melahirkan adanya banyak partai (multi partai) yang
digunakan masyarakat sebagai penyalur aspirasi rakyat untuk mencapai
kesejahteraan rakyat. Namun hingga kini tujuan tersebut
belum dapat terealisasi dengan sempurna karena proses demokrasi yang berkembang
menjadi tidak murni lagi dan paham patrimony serta otoriter masih berkembang
kuat didalam pelaku politik.
3.
Bidang
Ekonomi
Menengok kondisi Indonesia saat ini yang dapat dikatakan
menurun dibandingkan lima tahun lalu, serta kekhawatiran akan kondisi masa
depan, maka perancangan sistematis pembangunan menjadi sangat penting untuk
dilakukan. Semenjak GBHN dihapuskan, negara Indonesia mengalami kebingungan
arah pembangunan, sebab saat ini Indonesia hanya bergantung pada RJP.
Untuk menekan neraca ekonomi di
Indonesia, oleh karena itu, jalan satu-satunya yang diambil oleh Gubernur BI
adalah dengan menekan pola konsumsi masyarakat yang kebanyakan merupakan
konsumsi barang-barang impor. Cara
pertama adalah dengan menaikkan Pajak Penghasilan atas impor sebagaimana secara
eksplisit.[25]
4.
Bidang
Sosial dan Budaya
Salah satu
ciri sosial di Indonesia yaitu pluralisme dalam beragama. Dalam hal ini
toleransi agama tidak hanya diwujudkan antar komunitas agama, tetapi juga
intern komunitas agama tertentu. Toleransi agama diantara berbagai penganut
agama yang berbeda membutuhkan saling pengertian dan saling menghormati.[26]
Sedangkan keterkaitan antara agama dan budaya terejawantah
dalam praktek keberagamaan dalam konteks ruang dan waktu. Agama sebagai ajaran universal dan budaya sebagai konteks lokal selalu berdialog melahirkan
kearifan-kearifan dalam berbagai kehidupan termasuk dalam relasi jender.
Tradisi kesetaraan akan penampakan bahwa pola relasi jender merupakan semangat
lokal tanpa meninggalkan spirit Islam.[27]
Misalnya: wanita diberikan ruang gerak bebas untuk mengembangkan potensinya
ikut serta dalam membangun kemajuan Indonesia.
Oleh sebab itu,
apabila negara Indonesia memiliki keinginan untuk ikut andil dan mengambil peran dalam kemajuan Islam maka perlu memperhatikan
seluruh komponen sistem skala nasional yang disisipi dengan nilai-nilai Islam.
Dari pembahasan tentang “Kebudayaan dan Kebangkitan Islam
Masa Depan Dalam Perspektif
Fenomenologi” dapat disimpulkan bahwa Pendekatan fenomenologis berusaha
memperoleh gambaran yang lebih utuh dan yang lebih fundamental tentang fenomena
keberagamaan manusia dan yang muncul dalam kesadaran manusia. Adapun cara kerja
dengan pendekatan fenomenologis, antara lain: Mengklasifikasikan fenomena keagamaan pada kategori masing-masing, melakukan
interpolasi dalam kehidupan pribadi peneliti, melakukan “epochè”, mencari
hubungan struktural dari informasi yang dikumpulkan, dan lain-lain.
Kemunduran Islam bermula dari
berkembangnya taqlid buta dikalangan umat Islam dan tidak lagi
menggunakan pemikiranya untuk melakukan ijtihad.
Usaha untuk membangkitkan kebudayaan masa depan, dalam
berbagai sektor diantaranya: bidang pendidikan (dengan membangun kembali paradigma pendidikan dengan
kembali belajar pada para penemu muslim dan memberikan apresiasi Islam terhadap
ilmu pengetahuan), bidang ekonomi (dengan mempersiapkan strategi untuk meningkatkan
perekonomiannya melalui upaya rekayasa), bidang politik (dengan bekerjasama membangun pola perpolitikan yang
sehat) dan Sosial serta Budaya (dengan membangun budaya dialogis).
Banyak kasus yang terjadi di Indonesia dalam beberapa
sektor yang menjadi agen perubahan masa depan, yaitu: Bidang
Pendidikan, Ekonomi, Sosial dan Budaya dengan cara Islamisasi di semua sektor.
[1]Bashori dan Mulyono, Ilmu Perbandingan Agama, (Indramayu:
Pustaka Sayid Sabiq, 2010), hlm. 97-98.
[2]John W. Creswell, Research Design:
Qualitative, Quantitative, and Mixed Method Approaches, (New Delhi: Sage Publications,
2003), hlm. 15.
[3]John W. Creswell, Research Design Pendekatan
Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed, (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2010),
hlm. 20-21.
[4]M. Amin Abdullah, Studi Agama Normativitas atau Historisitas?, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002), Hlm. 11-12.
[5]Mudjahid Abdul Manaf, Ilmu Perbandingan Agama, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1994), hlm. 33.
[6]Zakiah Daradjat, dkk, Perbandingan Agama, (Jakarta:
Direktorat Pembinaan Perguruan Tinggi Agama Islam, 1984), hlm. 73.
[7]Syamsul Arifin, Studi Agama Perspektif
Sosiologis dan Isu-isu Kontemporer, (Malang: UMM Press. 2009), hlm. 21.
[8]Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 13-14.
[9]A. Mukti Ali, Ilmu Perbandingan Agama di Indonesia, (Bandung:
Mizan, 1995), hlm. 78.
[10]Zuhairini dkk, Sejarah
Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), hlm.. 112.
[11]Yusran Asmuni, Pengantar
Studi Pemikiran dan Pembaharuan dalam Dunia Islam, (Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 1996), hlm 6
[12]Mujamil Qomar, Merintis Kejayaan Islam Kedua, (Yogyakarta:
Teras, 2012), hlm. 50-52.
[13]Asep Salahuddin, http://regional.kompas.com/read/2013/01/23/01522330/Maulid.Politik.-Kenabian , di unduh hari Sabtu 31 Oktober 2015 pukul 16.01 WIB.
[14]Aden Widjan, dkk, Pemikiran & Peradaban Islam,
(Yogyakarta: Safiria Insani Press, 2007), hlm 65.
[15]Zuhairini, dkk, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta:
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1986), hlm. 115-116.
[16]Sholihan, Muhammad Arkoun dan Kritik Nalar Islam, (Semarang:
Walisongo Press, 2009), hlm. 113-114.
[24]John Dewey, Democracy and Education, (New
York: Macmillan, 2004), hlm. 10.
[25]Dewi wiwik, http://m.kompasiana.com/post/read/631625/1/sekilas-ekonomi-indonesia-2014.html. di unduh hari Sabtu, 31 Oktober 2015 pukul 16.04 WIB.
[26]Aden Wijdan, dkk, Pemikiran..., hlm. 213.
[27]M. Dawam Rahardjo, dkk, Pembaharuan
Pemikiran Islam Indonesia, (Jakarta: KEMI, 2011), hlm. 227-228.
IMAM MAHDI MENYERU
BalasHapusBENTUKLAH PASUKAN MILITER PADA SETIAP ZONA ISLAM
SAMBUTLAH UNDANGAN PASUKAN KOMANDO BENDERA HITAM
Negara Khilafah Islam Ad Daulatul Islamiyah Melayu
Untuk para Rijalus Shaleh dimana saja kalian berada,
bukankah waktu subuh sudah dekat? keluarlah dan hunuslah senjata kalian.
Dengan memohon Ijin Mu Ya Allah Engkaulah Pemilik Asmaul Husna, Ya Dzulzalalil Matien kami memohon dengan namaMu yang Agung
Pemilik Tentara langit dan Bumi perkenankanlah kami menggunakan seluruh Anasir Alam untuk kami gunakan sebagai Tentara Islam untuk Menghancurkan seluruh Kekuatan kekufuran, kemusyrikan dan kemunafiqan yang sudah merajalela di muka bumi ini hingga Dien Islam saja yang berdaulat , tegak perkasa dan hanya engkau saja Ya Allah yang berhak disembah !
Firman Allah: at-Taubah 38, 39
Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu jika dikatakan orang kepadamu: “Berperanglah kamu pada jalan Allah”, lalu kamu berlambat-lambat (duduk) ditanah? Adakah kamu suka dengan kehidupan didunia ini daripada akhirat? Maka tak adalah kesukaan hidup di dunia, diperbandingkan dengan akhirat, melainkan sedikit
sekali. Jika kamu tiada mahu berperang, nescaya Allah menyiksamu dengan azab yang pedih dan Dia akan menukar kamu dengan kaum yang lain, sedang kamu tiada melarat kepada Allah sedikit pun. Allah Maha kuasa atas tiap-tiap sesuatu.
Berjihad itu adalah satu perintah Allah yang Maha Tinggi, sedangkan mengabaikan Jihad itu adalah satu pengingkaran dan kedurhakaan yang besar terhadap Allah!
Firman Allah: al-Anfal 39
Dan perangilah mereka sehingga tidak ada fitnah lagi, dan jadilah agama untuk Allah.
Peraturan dan undang-undang ciptaan manusia itu adalah kekufuran, dan setiap kekufuran itu disifatkan Allah sebagai penindasan, kezaliman, ancaman, kejahatan dan kerusakan kepada manusia di bumi.
Ketahuilah !, Semua Negara Didunia ini adalah Negara Boneka Dajjal
Allah Memerintahkan Kami untuk menghancurkan dan memerangi Pemerintahan dan kedaulatan Sekular-Nasionalis-Demokratik-Kapitalis yang mengabdikan manusia kepada sesama manusia karena itu adalah FITNAH
Firman Allah: al-Hajj 39, 40
Telah diizinkan (berperang) kepada orang-orang yang diperangi, disebabkan mereka dizalimi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa untuk menolong mereka itu. Iaitu
orang-orang yang diusir dari negerinya, tanpa kebenaran, melainkan karena mengatakan: Tuhan kami ialah Allah
Firman Allah: an-Nisa 75
Mengapakah kamu tidak berperang di jalan Allah untuk (membantu) orang-orang tertindas. yang terdiri daripada lelaki, perempuan-perempuan dan kanak-kanak .
Dan penindasan itu lebih besar dosanya daripada pembunuhan(al-Baqarah 217)
Firman Allah: at-Taubah 36, 73
Perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagai mana mereka memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahawa Allah bersama orang-orang yang taqwa. Wahai Nabi! Berperanglah terhadap orang-orang kafir dan munafik dan bersikap keraslah terhadap mereka.
Firman Allah: at-Taubah 29,
Perangilah orang-orang yang tidak beriman, mereka tiada mengharamkan apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya dan tiada pula beragama dengan agama yang benar, (iaitu) diantara ahli-ahli kitab, kecuali jika mereka membayar jizyah dengan tangannya sendiri sedang mereka orang yang tunduk..
Bentuklah secara rahasia Pasukan Jihad Perang setiap Regu minimal dengan 3 Anggota maksimal 12 anggota per desa / kampung.
Siapkan Pimpinan intelijen Pasukan Komando Panji Hitam secara matang terencana, lakukan analisis lingkungan terpadu.
Apabila sudah terbentuk kemudian Daftarkan Regu Mujahid
ke Markas Besar Angkatan Perang Pasukan Komando Bendera Hitam
Negara Khilafah Islam Ad Daulatul Islamiyah Melayu
Wahai para Ikwan Akhir Zaman, Khilafah Islam sedang membutuhkan
para Mujahid Tangguh untuk persiapan tempur menjelang Tegaknya Khilafah yang dijanjikan.
Mari Bertempur dan Berjihad dalam Naungan Pemerintah Khilafah Islam, berpalinglah dari Nasionalisme (kemusyrikan)
email : seleksidim@yandex.com
Dipublikasikan
Markas Besar Angkatan Perang
Khilafah Islam Ad Daulatul Islamiyah Melayu
DEKLARASI PERANG PENEGAKKAN DINUL ISLAM
BalasHapusDISELURUH DUNIA
Bismillahir Rahmanir Rahiim
Dengan Memohon Perlindungan dan Izin
Kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta'ala,
Rabb Pemelihara dan Penguasa Manusia,
Raja Manusia yang Berhak Disembah Manusia.
Rabb Pemilik Tentara Langit dan Tentara Bumi
Pada Hari Ini : Yaumul Jum'ah 6 Jumadil Akhir 1436H
Markas Besar Angkatan Perang
Khilafah Islam Ad Daulatul Islamiyah Melayu
Mengeluarkan Pengumuman kepada
1. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Afrika
2. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Eropa
3. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Asia
4. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Asia Tenggara
5. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Amerika
6. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di benua Australia
7. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di Kutup Utara
8. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) yang hidup di Kutup Selatan
9. Seluruh Ummat Islam (Bangsa Islam) diseluruh Dunia
PENGUMUMAN DEKLARASI PERANG SEMESTA
Terhadap Seluruh Negara yang Tidak
Menggunakan Hukum Berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasulullah SAW.
Perang Penegakkan Dinuel Islam ini Berlaku disemua Pelosok Dunia.
MULAI HARI INI
YAUMUL JUM'AH 6 JUMADIL AKHIR 1436H
BERLAKULAH PERANG AGAMA
BERLAKULAH PERANG DINUL ISLAM ATAS DINUL BATHIL
BERLAKULAH HUKUM PERANG ISLAM DISELURUH DUNIA
MEMBUNUH DAN TERBUNUH FISABILILLAH
"Dan BUNUHLAH mereka di mana saja kamu jumpai mereka, dan USIRLAH mereka dari tempat mereka telah mengusir kamu (Mekah); dan fitnah itu lebih besar bahayanya dari pembunuhan, dan janganlah kamu memerangi mereka di Masjidil Haram, kecuali jika mereka memerangi kamu di tempat itu. Jika mereka memerangi kamu (di tempat itu), maka bunuhlah mereka. Demikanlah balasan bagi orang-orang kafir. Kemudian jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim.”
(Q.S: al-Baqarah: 191-193).
BUNUH SEMUA TENTARA , POLISI, INTELIJEN , MILISI SIPIL ,HAKIM DAN
BUNUH SEMUA PEJABAT SIPIL Pemerintah Negara Yang Memerintah dengan Hukum Buatan Manusia (Negara Kufar).
BUNUH SEMUA MEREKA-MEREKA MENDUKUNG NEGARA-NEGARA KUFAR DAN MELAKUKAN PERMUSUHAN TERHADAP ISLAM.
JANGAN PERNAH RAGU MEMBUNUH MEREKA sebagaimana mereka tidak pernah ragu untuk MEMBUNUH, MENGANIAYA DAN MEMENJARAKAN UMMAT ISLAM YANG HANIF.
INTAI, BUNUH DAN HANCURKAN Mereka ketika mereka sedang ada dirumah mereka jangan diberi kesempatan lagi.
GUNAKAN SEMUA MACAM SENJATA YANG ADA DARI BOM SAMPAI RACUN YANG MEMATIKAN.
JANGAN PERNAH TAKUT KEPADA MEREKA, KARENA MEREKA SUDAH SANGAT KETERLALUAN MENENTANG ALLAH AZZIZUJ JABBAR , MENGHINA RASULULLAH SAW, MENGHINA DAN MEMPERBUDAK UMMAT ISLAM.
BIARKAN MEREKA MATI SEPERTI KELEDAI KARENA MEREKA ADALAH THOGUT DAN PENYEMBAH THOGUT
HANCURKAN LULUHKAN SEMUA PENDUKUNG PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA KUFAR
DARI HULU HINGGA HILIR
HANYA SATU UNTUK KATA UNTUK BERHENTI PERANG,
MEREKA MENYERAH DAN MENJADI KAFIR DZIMNI.
DAN BERDIRINYA KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH.
KHALIFAH IMAM MAHDI.
Kemudian jika mereka berhenti dari memusuhi kamu, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang.
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan sehingga ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.
Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu),
maka tidak ada permusuhan (lagi),
kecuali terhadap orang-orang yang zalim.
Al-Baqarah : 192-193
SAMPAIKAN PESAN INI KESELURUH DUNIA,
KEPADA SEMUA ORANG YANG BELUM TAHU ATAU BELUM MENDENGAR
MARKAS BESAR ANGKATAN PERANG
KHILAFAH ISLAM AD DAULATUL ISLAMIYAH MELAYU
PANGLIMA ANGKATAN PERANG PANJI HITAM
Kolonel Militer Syuaib Bin Sholeh